ACEH
We take, we give
Aceh,sebuah propinsi yang sempat dijuluki sebagai “tanah
ganja” sebelum berubah menjadi provinsi dengan penghasil batu akik terbaik
diIndonesia. Namun kini Aceh telah medapatkan julukan baru sebagai “Tanah
solidaritas”. Ya, julukan itu didapat karena masyarakat Aceh telah menampung
ribuan pengungsi Rohingya asal Myanmar yang berbulan-bulan terkatung dilautan. Masyarakat
Aceh telah membuka mata dunia yang sebelumnya menutup mata terhadap kondisi “rohingya”
yang memprihatinkan. Terkatung-katung dilaut selama 3 bulan tanpa mendapatkan
tempat untuk disinggahi. Bantuan memang diberikan oleh Negara-negara tetangga
seperti Thailand dan Malaysia. Namun untuk dapat menetap dikedua Negara tersebut,masing-masing
pemimpin Negara menolaknya. Bahkan seperti yang saya kutip di BBC Indonesia,
angkatan laut Negara Indonesia juga menolak kedatangan para pengungsi Rohingya.
Tetapi untuk dapat membantu sesama tidak diperlukan “pangkat” maupun “jabatan”.
hanya bermodalkan kapal-kapal kecil, para nelayan Aceh mengiring kapal “sesak”
para pengungsi kepesisir-pesisir pantai Aceh. ketika mereka (nelayan) melihat
para Rohingya berteriak dan melambaikan kain kearah mereka, mereka langsung
bergegas memberikan bantuan tanpa harus memikirkan hal-hal mengenai “imigran
gelap” atau semacamnya. Padahal Indonesia sendiri tidak punya kewajiban peraturan
untuk menampung imigran luar negeri. Namun sekali lagi, “hanya diperlukan hati
nurani untuk membantu,bukan peraturan”.
Setibanya ratusan pengungsi rohingya yang terpecah
dibeberapa kawasan pesisir Aceh, bantuan
dari masyarakat Aceh sungguh luarbiasa. Saya katakana sekali lagi, “masyarakat
Aceh”. Saya tidak bermaksud mengesampingkan bantuan dari masyarakat Indonesia maupun
luar negeri. Masyarakat Indonesia dan luar negeri pun juga ikut membantu dalam
memberikan bantuan kepada masyarakat rohingya, namun jika melihat Animo
masyarakat Aceh dalam membantu lebih dari cukup untuk membuat saya berdecak
kagum serta bangga sebagai rakyat aceh. mereka (rakyat Aceh) seperti
berlomba-lomba memberikan bantuan kepada Rohingya,kepada saudara seAgama. Tidak
ada hentinya bantuan datang dari berbagai LSM,komunitas maupun organisasi. Bantuan
yang diberikanpun bukan hanya bantuan berupa materi belaka, namun juga bantuan
fisik maupun suntikan moral. Berbagai LSM dan organisasi mengerahkan banyak
tenaga untuk membantu diposko. Banyak juga para komunitas yang dating keposko
pengungsi untuk sekedar memberikan
hiburan kepada masyarakat Rohingya diAceh. Moment ini mengingatkan saya saat
Aceh pada tahun 2004 terkena musibah Tsunami yang menelan ratusan ribu jiwa. Saat
itu bantuan yang datang ke Aceh sungguh luarbiasa banyaknya. Baik bantuan dari
dalam negeri maupun luar negeri . saya fikir ini adalah moment yang tepat untuk
memberikan apa yang sudah Aceh terima dulu kepada orang yang benar-benar
membutuhkan sekarang, suku Rohingya.
Aceh sekarang sudah terkenal dengan solidaritasnya, meski
dulu Aceh sendiri sempat menjadi “ladang konflik”. Itu dulu, namun setelah
tsunami menghempaskan ribuan rakyat Aceh,dan Aceh saat itu banyak sekali
mendapatkan bantuan dari dalam maupun luar, Saat itu pula “konflik” reda. Rakyat
aceh akhirnya menyadari bahwa solidaritas itu penting. Karateristik masyarakat
aceh yang dulu sempat terkubur kembali mencuak sebagai masyarakat toleran. semua
masyarakat aceh yang pernah saya kenal memang mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda, namun disetiap orang Aceh asli yang pernah saya jumpai pasti akan
mempunyai 2 hal penting didalam dirinya, “prinsip yang teguh dan solidaritas”. Sisi
keras memang melekat pada tiap masyarakat aceh, namun solidaritas yang junjung
tinggi oleh masyarakat disana dapat membentuk sebuah ikatan yang kuat bagi sesama
masyarakat Aceh. it’s awesome!!
Tuhan punya jalan sendiri dalam menyelamatkan hambanya,
mereka masyarakat rohingya bukan tanpa kehendak Allah dapat terdampar ditempat
kami, Aceh. mereka seperti ditempatkan oleh Allah kedalam rumahnya sendiri. Itu
juga sebenarnya dapat menjadi kesempatan yang bagus bagi rakyat Aceh untuk
membalas apa yang sudah mereka dapat ditahun 2004 silam. Sebuah moment untuk
balas budi yang sempurna tanpa harus mengembalikan dollar-dollar Australia yang
kita pakai dulu. Setiap artikel online yang saya baca selalu mengundang komentar
pujian dari masyarakat luar kepada Aceh. namun itu juga jangan sampai dijadikan
sebagai alat pemisah kita dengan NKRI. Karena ada saja orang yang berusaha
memanas-manasi moment ini dengan menyebut BANGSA ACEH!!! BANGSA ACEH!!. kita
tidak membantu Rohingya sendiri, Indonesia, Malaysia dan Thailand bahkan sudah
sepakat untuk ikut turun tangan membantu, dan juga ada yang menyebutkan kalau Filipina
juga akan turun tangan. Hanya saja melalui Aceh lah mereka menyalurkan upaya
mereka membantu sesama. Itu lah yang membuat Aceh begitu terasa special. Jika bukan
karena kita yang memulai semua ini, mungkin sampai sekarang dunia masih menutup
mata mereka terhadap nasib rohingya. Kita pantas memberi, karna kita pernah
menerima,“DUNIA PASTAS MENDAPATKAN KEBAIKAN YANG MEREKA TANAM DULU DITANAH ACEH”.
Created by : Syahreza maulana (putra Aceh)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar